Penyemangat Kamu Yang Pengin #PreiNangJogja

Selasa, 27 Desember 2016

Ketika Ikan Lele Menolak Menyembah Sultan Jogja

Ketika Ikan Lele Menolak Menyembah Sultan Jogja

#PreiNangJogja - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar acara Mancing Bersama Sultan Hamengku Buwono (HB) X sekaligus peresmian Embung Langensari, Jumat (23/12).

Acara itu ternyata jadi ajang ger-geran para pejabat Pemerintah Provinsi DIY, tak terkecuali Sultan HB X.

HB X menjadi orang pertama melemparkan joran pancing ke embung yang memiliki luas permukaan tampungan penuh mencapai 5.890 meter persegi itu.

Selanjutnya ada Direktur Utama BPD DIY Bambang Setiawan menyusul Sultan HB melempar umpan.

Di saat Bambang sudah beberapa kali berhasil mengangkat ikan lele, HB X sama sekali belum berhasil mendapatkan ikan.

Orang nomor satu di Pemprov DIY itu pun langsung berkelakar.

”Wah iki iwake ora gelem nyembah (Wah, ini ikannya tak mau menyembah, red),” ujar HB X yang langsung disambut tawa para pejabat Pemprov DIY.

Tapi setelah beberapa saat, akhirnya umpan pancing suami GKR Hemas itu disambar ikan lele.

Dua kali HB X berhasil mengangkat lele seberat 1,4 kilogram dan 0,2 kilogram. ”Nggak biasa mancing,” ujarnya.

Di sisi lain, HB X mengapresiasi pembangunan Embung Langensari yang juga bisa dimanfaatkan sebagai lokasi wisata termasuk mancing.

Menurutnya, Embung Langensari dibuat untuk menampung air yang sebelumnya biasa meluap di wilayah utara embung.

”Saat hujan deras ada genangan di Ambarrukmo (Jalan Laksda Adisutjipto) sampai masuk ke kampung Klitren, makanya difungsikan lagi,” ujarnya.

Dulunya lokasi embung Langensari saat ini adalah tempat penampungan air, tapi kemudian diubah peruntukannya menjadi SD.

Sebelum ada embung, tampungan air hujan di sisi utara ada di Lembah UGM.

Namun saat hujan deras, genangan air hujan di utara masih terjadi hingga meluap sampai wilayah Klitren.

Oleh sebab itu, embung di Langensari difungsikan kembali untuk mengurangi beban banjir.

Raja Keraton Jogja, dengan gelar Hamengku Bawono Ka-10 itu menambahkan, fungsi Embung Langensari sama halnya dengan Embung Tombok Boyo di Depok, Sleman. Yaitu untuk mengurangi beban luapan air.

”Sekarang untuk menampung air hujan ada dua, di Lembah UGM dan di sini (Langensari), malah sekaligus bisa juga untuk aktivitas masyarakat. Jadi ruang publik,” ujarnya.

Meski pengerjaan sudah selesai, Pemprov DIY masih memiliki pekerjaan rumah, yaitu membentuk badan pengelolanya. Untuk hal itu Pemprov DIY belum menentukan.

Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) DIY Muhamad Mansur mengaku belum tahu siapa nanti yang akan mengelola Embung Langensari.

”Yang pasti nanti dari provinsi, bukan Kota Jogja,” ujarnya.

Mansur menjelaskan, untuk pembuatan embung dikerjakan pemerintah pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO).

Anggarannya berkisar antara Rp 6 miliar sampai Rp 7 miliar.

Sedangkan Dinas PUP-ESDM DIJ bertugas menata sarana dan prasarana di sekitar embung.

Antara lain pembangunan gedung edukasi, lokasi parkir, lampu taman, hingga amphitheater dengan anggaran Rp 2,2 miliar.

Mansur juga meminta Pemkot Jogja untuk memindah tempat pembuangan sementara (TPS) serta warung yang ada dalam kawasan embung.

”Supaya lebih bersih kan TPS sampah bisa digeser,” harapnya. (fajar/Jpnn)

Previous
Next Post »