Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Sardjito meluruskan kabar soal adanya 15 pasien antraks asal Kulon Progo yang tengah dirawat. Sampai kemarin, rumah sakit tersebut belum menangani pasien diduga antraks asal Kulon Progo. "Itu 15 dari mana? Tidak ada dari Kulon Progo yang datang ke kami," jelas Direktur Medis dan Keperawatan RSUP dr Sardjito Rukmono Siswihanto kemarin (21/1).
Meski begitu, RSUP Sardjito membenarkan adanya seorang pasien suspect antraks berinisial H yang dirawat, kemudian me�ninggal. Namun, pihak rumah sakit tidak bisa memastikan apakah pasien meninggal karena antraks atau bukan. "Untuk memastikan itu, harus melalui pusat penelitian kesehatan Kemenkes. Biar dinas terkait yang menjelaskan," jelasnya.
Meski ada pasien suspect antraks, tidak berarti akan terjadi penularan di rumah sakit pelat merah tersebut. Ditegaskan, antraks tidak ditularkan melalui manusia ke manusia, melainkan melalui hewan. "Bila di media sosial ramai Sardjito tidak aman, saya bantah itu tidak benar. Kami tetap aman dikunjungi," tegasnya.
Mengenai seorang warga Sleman yang meninggal diduga antraks, Nurnaningsih, dokter spesialis anak yang menangani pasien itu, menuturkan bahwa sebelum meninggal, anak tersebut dirawat di pediatric intensive care unit (PICU). Pasien dirawat setelah dirujuk dari RSUD Sleman (31/12). Pasien dirujuk ke RS Sardjito dalam keadaan tidak sadarkan diri. Setelah pasien masuk ke ruang PICU, dokter meminta kronologi sakit pasien.
Berdasar keterangan keluarga, anak mengalami demam dan mengeluhkan nyeri dada disertai muntah setelah bermain dan mandi di sungai di daerahnya. Korban sempat dirawat di puskesmas sebelum dipindah ke RSUD Sleman. "Saat CT scan, kami menemukan kelainan di bagian kepala, yakni adanya infeksi pada otak," jelasnya.
Pasien menjalani perawatan intensif di RSUP dr Sardjito selama enam hari. Namun, dalam kurun waktu itu, tidak ada tanda-tanda penyembuhan hingga pasien dinyatakan meninggal pada Jumat lalu (6/1). Berdasar hasil laboratorium rumah sakit, ditemukan adanya bakteri pada darah pasien. Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan (16/1), ditemukan adanya bakteri Bacillus anthracis.
"Masih suspect. Sampel itu masih akan diperiksa lagi di Kementerian Kesehatan. Jadi, belum bisa dipastikan pasien tersebut meninggal karena antraks," jelasnya. Nah, kabar kematian pasien di Sardjito karena antraks sempat menjadi viral di media sosial dengan beredarnya surat yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.
Menanggapi hal tersebut, pengelola RSUP dr Sardjito membantah bahwa surat itu resmi dikeluarkan rumah sakit. Pihaknya akan menelusuri asal usul surat tersebut. "Kalau surat resmi, logo pada kop surat kanan dan kiri full color. Kami mempertanyakan surat yang beredar di media sosial," tandasnya.
Sementara itu, Gubernur DI Jogja Sri Sultan Hamengku Buwono X mengimbau masyarakat agar tidak khawatir, apalagi mudah diperdaya dengan beredarnya hoax terkait antraks beberapa hari terakhir ini. Perlu dipahami bahwa antraks menular dari hewan ke hewan, bukan dari manusia ke manusia. "Jangan terus opo-opo antraks, nanti ada bayi meninggal dibilangnya karena antraks, kan susah," ujarnya kemarin.
Sultan menyayangkan beredarnya kabar hoax yang begitu cepat di masyarakat. Oknum yang menyebarkan juga dipertanyakan, apakah dia betul-betul paham atau memang memiliki unsur kesengajaan untuk meresahkan ma�syarakat. Sebab, itu akan menimbulkan keresahan, terutama jika sampai pada masyarakat yang benar-benar tidak pa�ham bagaimana penularan antraks itu sebenarnya. / Jawapos.com //